“Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak”. – Ali bin Abi Thalib
Judul Artikel Pendidikan : Da Da, Daring! Antara Impian dan Kenyataan
Penulis : Idha Fitriani, M.Pd
Da Da, Daring! Antara Impian dan Kenyataan
oleh Da Fitri*
idhafitri403@gmail.com
Di pertengahan Maret 2020 lalu, kujejakkan kaki memasuki gerbang menuju halaman tengah yang biasanya riuh rendah dengan suara para bocah, canda tawa berbaur sorak sorai, tetapi … kali ini kosong. Sedikit lemah kakiku melangkah menuju lorong kelas yang biasa kita pakai bercengkerama, belajar, bermain, dan bahkan bercerita tentang apa saja. Akan tetapi, kali ini kelas berukuran 6 X 8 meter itu, lagi-lagi kosong, Nak. Sepi tanpa kalian, tanpa celoteh lucu, canda tawa ria, tangis merana, dan s’gala cerita lainnya yang kami rasa, lihat, dan dengar dari kalian. Mataku nanar melihat sudut-sudut kelas, kosong tanpamu. Dua puluh tahunan sejak aku mengabdikan diri di sebuah madrasah ibtidaiyah, tak pernah kusaksikan pemandangan seperti ini.
Seiring berjalannya waktu, dua tahun pun berlalu. Ya, dua t a h u n. Sungguh, ini bukan waktu yang singkat, 24 bulan terlewat, merangkai 730 hari, rupanya pandemi ini belum begitu usai sepenuhnya. Ia ditakdirkanNya hadir, merangkai beragam cerita, dan mengubah begitu banyak sisi kehidupan, tak terkecuali di dunia pendidikan. Nyaris satu tahun setengah sudah, kita para guru, menghentikan kelas tatap muka dengan meninggalkan bangku-bangku kosong yang berdebu. Tumpukan buku, kertas, portofolio serta bahan-bahan praktik teronggok begitu saja seperti tak bertuan.
Dalam KBBI, pandemi diartikan sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Pandemi hadir menyebar ke berbagai negara/benua dan menyerang banyak orang. Di tengah pandemi ini, kita yang berkecimpung di dunia pendidikan, akhirnya mengenal sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran daring. Daring merupakan akronim dari kata dalam jaringan yang terhubung melalui jaringan komputer, internet, atau jaringan lainnya. Daring juga diidentikkan dengan keadaan dari sebuah komputer atau PC atau perangkat yang dapat saling bertukar informasi dan dihubungkan melalui internet (https://sekolahmuridmerdeka.id., 25 Nov.2021).
Sistem pembelajaran daring merupakan istilah baru di dunia pendidikan yang diberlakukan dengan tujuan untuk menjalankan protokol kesehatan (Prokes) agar terhindar dari kerumunan. Istilah tersebut mulai dikenal setelah pandemi Covid 19 melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Semenjak warga negara Indonesia terpapar Virus Corona, pada tanggal 15 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan social distancing atau menjaga jarak, mulai bekerja dari rumah (WFH), dan belajar dari rumah. Pemerintah mulai menyiapkan sarana untuk mendukung sistem pembelajaran daring tersebut melalui aplikasi smartphone dan juga siaran TVRI. Para guru juga mulai diminta untuk mengembangkan kreativitas dalam sistem pembelajaran daring yang menarik dan mudah diikuti oleh murid.
Sistem pembelajaran daring amat memerlukan kelancaran wifi dan ketersediaan paket data. Selain sarana tersebut, keterlibatan murid dan orang tua amat diperlukan. Fakta menunjukkan, sebagian murid belum dapat terlibat aktif dalam pembelajaran daring. Dalam beberapa kesempatan, murid tidak ikut ambil bagian di dalam pembelajaran daring melalui zoom atau diskusi kelas meskipun sarana tersedia. Di sisi lain, pembelajaran daring tak terlaksana dengan baik karena tak terdukung oleh ketersediaan wifi/paket data/akses internet.
Oleh karena itu, guru harus mampu berkomunikasi dengan bijak, baik terhadap murid maupun orang tua. Guru harus mampu mengarahkan dan memantau agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang optimal. Manakala pembelajaran daring melalui zoom, google meet, atau yang lainnya tidak terlaksana, maka guru pun harus siap menempuh sistem pembelajaran yang lainnya. Selaku guru, murid, atau orang tua, kita telah memperoleh banyak hal dalam pembelajaran daring di tengah pandemi ini. Sudah selayaknya kita bijak melakukan aktivitas sesuai dengan peran masing-masing.
Usai melampaui waktu dua tahunan semenjak pandemi itu hadir dengan segala cerita suka-duka, pemerintah pun mengizinkan Pertemuan Tatap Muka Terbatas (PTMT) dengan sistem dan persentase yang beragam. Awalnya PTMT 50 % pun diberlakukan dengan sistem ganjil-genap atau separuh-separuh. Misalnya, pada bulan Februari 2020, beberapa madrasah atau sekolah memberklakukan PTMT 50 %, memasukkan 50 % muridnya dengan sistem nomor presensi ganjil masuk tiga hari dan nomor presensi genap masuk tiga hari. Pada bulan berikutnya, 50 5 murid masuk dengan sistem nomor presensi 1-15 masuk tiga hari dan nomor presensi 16-30 masuk di tiga hari berikutnya.
Alhamdulillah, akhirnya Pertemuan Tatap Muka 100 % pun diberlakukan secara bertahap. Sungguh, inilah impian panjang yang terealisir dalam sebuah kenyataan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan kembali digelar sebagaimana yang telah biasa kita lakukan sebelum-sebelumnya. Jelang persuaan ini, pikiran dan perasaan kita pun berkecamuk. Hal ini wajar terjadi karena semenjak pertengahan Maret 2020 itu kita nyaris tak bersua, kecuali lewat tatap maya dan dilanjutkan dengan PTMT yang tak begitu lama. Mimpikah ini … bahwa kita akan benar-benar bertemu penuh dalam sepekan di madrasah, yang telah begitu lama kita tinggalkan? Kemudian bertemu lagi dan bertemu lagi dalam pekan berikutnya? Sungguh murid-muridku, –yang tak lain engkau adalah anak-anakku di madrasah–, ternyata mengelola batin ini tak begitu mudah. Kuyakin, mayoritas di antaramu pun merasakan hal yang sama, sangat merindukan sebuah pertemuan setelah begitu lama kita terpisahkan karena pandemi.
Kini kita telah benar-benar merangkai hari demi hari dalam sebuah kenyataan dalam pembelajaran yang sesungguhnya. Bukan sekadar di dunia maya, di sudut-sudut rumah masing-masing, melainkan nyata di kelas-madrasah atau sekolah kita yang sebenarnya. Pertemuan akbar ini teramat istimewa, maka telah selayaknya kita isi dengan ragam aktivitas nan istimewa dibandingkan hari-hari sebelumnya. Andai tidak karena pandemi yang belum usai, di pertemuan akbar ini, teramat ingin kusambut uluran tangan kalian dan kudekap kalian yang sedang menghambur. Sambil menahan rasa kerinduan, kami para guru menatap wajah kalian di kelas sembari menyebutkan nama kalian satu demi satu.
Kita pun mengawali hari lewat lantunan doa, dzikir, dan bacaan Kalam Ilahi. “Pertemuan esok hari di kelas amatlah terbatas, tak seperti hari-hari yang dulu biasa kita lalui. Karenanya, aku harus dapat menyampaikan sesuatu dengan sebaik-baiknya, mengajarkan ilmu dengan kasih dan kesungguhan, serta memikirkan bahwa waktu yang akan kita lalui tak boleh terbuang begitu saja,” pikirku dan tekadku dalam kalbu.
Da da daring, hari-hari yang kita lalui kini, telah meyakinkan bahwa new normal telah datang tertakdirkan untuk kita. Rasa syukur bahagia bercampur haru menatap wajah teduh para murid satu per satu, nyaris membuatku tak dapat menahan tetes air mata. Meski rasa kangen kita, tertahan oleh kepatuhan bahwa kita harus menjaga jarak dan kerumunan, Alhamdulillah pertemuan ini mampu menghadirkan beragam keindahan.
Kita pun saling menatap wajah sambil menerjemahkan keadaan yang nyaris senyap tanpa kata-kata. Sebelum memasuki pelajaran, kuselipkan pesan agar kalian tetap membangun semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik, tak mudah berkeluh kesah, dan optimis meraih cita lewat doa dan ihtiar nyata. “Nak, jika kalian ingin memasuki pesantren yang bagus, lolos PPDB ke MTSN atau SMPN favorit, atau bahkan ingin menjadi insinyur, polisi, dokter, dan sebagainya … maka langitkanlah doa itu sedari sekarang, tak perlu menunggu esok agar kalian memiliki tekad kuat dalam menapak cita dan melewati hari,” begitu pesan kusampaikan untuk memompa semangat mereka. Usai itu pun, kita menyelam dalam pelajaran demi pelajaran, dalam kebersamaan demi kebersamaan yang tak tersekat oleh jejaring dunia maya.
Da da, daring! Sungguh mimpi kita pun menjadi kenyataan. Dalam pertemuan teramat istimewa ini, kami sempatkan untuk bertanya langsung pada murid, “Jujurlah, anak-anakku, sebenarnya kalian lebih nyaman belajar luring seperti ini atau belajar daring melalui HP/laptop/gadget?” Spontan dan nyaris bersamaan mereka menjawab, “Enak seperti ini, Bu.” Salah satu murid bahkan melanjutkannya dengan alasan, “Enak, bertemu teman dan Ibu Bapak Guru.” Kalimat itu pun disambut dengan anggukan kepala oleh mayoritas murid di kelas. Bahagiaku kian membuncah, menambah energi begitu besar untukku agar dapat membersamai mereka mengenali kehidupan, mengasah ilmu, dan memperhalus budi pekerti. Terima kasih, anak-anakku, murid-muridku, kehadiran kami memberimu arti yang tak dapat terganti oleh kecanggihan teknologi meski ia hadir teramat membuai dan meninabobokan kalian. Semoga jalan cita kalian semakin terbuka dan tertuju pada pencapaian titik keberhasilan!
Penulis adalah guru di MIN 1 Kota Malang yang pernah menjadi tentor di sebuah LBB. Prestasi yang pernah diraih di antaranya adalah Juara I Lomba Baca Cerita Guru SD/MI, IKIP Budi Utomo, Guru Favorit MIN versi Radar Malang, Jawa Pos, Juara III Lomba Menulis Surat untuk Bunda, Kampus Ayah Bunda Malang, dan Pemenang Lomba Guru Berani Menginspirasi 2018 Kategori SD/MI, Penerbit Erlangga.
Semoga Hidup Berkah dan Bermanfaat dalam ridho-Nya….aamiin.