Empat Guru MIN 1 Kota Malang Sumbang Karya dalam Antologi Pentigraf Nasional

M1NEWS – Literasi di MIN 1 Kota Malang terus bertumbuh subur, bukan hanya di kalangan siswa, tetapi juga para gurunya. Dalam semangat berkarya tanpa henti, empat guru madrasah ini berhasil menyumbangkan karya dalam sebuah antologi nasional pentigraf berjudul Betrayal in Every. Karya mereka menjadi bukti bahwa budaya literasi di MIN 1 Kota Malang tak pernah surut, bahkan semakin mengakar kuat.

Empat guru tersebut adalah Murita Herliningtyas, S.Pd., M.Pd., Nur Rahmah, S.Ag., M.A., Rachmawati, S.H., dan Idha Fitriani, S.Pd., M.Pd.I. Mereka menulis beragam tema cerita, mulai dari roman, kisah naratif, hingga dilema kehidupan sehari-hari.

Pentigraf merupakan akronim dari cerita pendek tiga paragraf, sebuah bentuk fiksi mini yang digagas oleh Dr. Tengsoe Tjahjono. Menurut para guru penulis, menulis pentigraf bukan perkara mudah karena dibatasi hanya 250 kata. Meski singkat, cerita tetap harus memuat alur ganda atau kejutan (plot twist) yang mengesankan bagi pembaca.

“Menulis pentigraf itu menantang karena harus bisa menyampaikan cerita, konflik, dan pesan hanya dalam tiga paragraf. Bagian paling sulit justru di awal dan akhir, karena harus bisa langsung memikat, tapi juga menyisakan kesan yang membekas,” ujar Murita Herliningtyas, salah satu guru penulis, saat ditemui di ruang guru MIN 1 Kota Malang, Kamis (17/7/2025).

Dalam antologi tersebut, Murita menyumbangkan dua karya sekaligus, berjudul Kejutan untuk Rose dan Senyum Manis Uka. Ia mengaku belajar banyak tentang teknik menulis mikro-fiksi yang efisien dan emosional dalam proses penulisan pentigraf.

Nur Rahmah, guru Aqidah Akhlak yang juga berkontribusi dalam buku tersebut, mengatakan bahwa pentigraf menjadi media refleksi yang personal baginya. Cerita berjudul Pesan untuk Nadia yang ia tulis terinspirasi dari hubungannya dengan sang anak.

“Menulis naskah bergenre narasi ini terinspirasi dari anak saya sendiri,ceritanya tentang anak yang hanya suka satu warna, dan dalam mimpinya, pensil-pensilnya bisa berbicara.”

Rachmawati, S.H., guru yang juga aktif di bidang baca quran, menyebut bahwa tantangan utama dalam menulis pentigraf adalah menyusun plot yang ringkas namun tetap hidup. Ceritanya yang berjudul Rama merupakan hasil dari proses revisi yang cukup panjang.

“Kalau saya sendiri, cerita itu awalnya panjang. Akhirnya, banyak bagian yang harus dibuang. Tantangannya adalah bagaimana tetap menjaga cerita itu utuh,”  ujar Rachmawati.

Sementara itu, Idha Fitriani, S.Pd., M.Pd.I., guru yang sering berprestasi dalam penulisan puisi menyumbangkan cerita berjudul Dilema Cinta, mengaku bahwa proses menulis membuatnya lebih banyak bermain dengan emosi dan pilihan diksi.

“Kadang saya merasa tidak jujur saat menulis,” ucapnya sembari tertawa. “Bukan karena cerita fiktif, tapi karena saya harus mengubah alur cerita dari rencana awal agar bisa mencapai ending yang menggigit.”

Menurut keempatnya, sekitar 30 persen isi cerita dalam buku tersebut berasal dari pengalaman nyata yang kemudian dikemas ulang menjadi fiksi. Proses kreatif yang dijalani masing-masing penulis pun berbeda, namun memiliki benang merah: semua dimulai dari kegelisahan, pengalaman pribadi, atau perenungan mendalam.

Selain buku Betrayal in Every, tiga di antara mereka Murita, Rahmawati, dan Nur Rahmah juga menyumbangkan karya dalam dua antologi lain, yaitu Satu Tujuan, Beragam Rintangan (cerpen guru) dan Bumi dalam Tawa Anak-anak (antologi parenting).

Kepala MIN 1 Kota Malang, Hj. Siti Aisah, S.Pd., M.Pd., menyambut baik prestasi ini. Penyerahan simbolis buku dilakukan langsung oleh para penulis kepada Kepala Madrasah sebagai bentuk dokumentasi atas partisipasi mereka dalam antologi nasional tersebut pada rabu (16/7/2025) di Ruang Kepala Madrasah.

Dengan keterlibatan para guru dalam karya sastra nasional, MIN 1 Kota Malang kembali menegaskan komitmennya dalam mengembangkan madrasah literat yang produktif, kreatif, dan terus tumbuh di tengah tantangan zaman.

Scroll to Top